LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
MATA KULIAH AGROHIDROLOGI DI
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh:
BAIQ. MALA OKVIYANI
C1M 010 053
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga
aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih
lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil,
sehingga laporan praktikum ini terselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali,
didalam penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik
dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan laporan praktikum kami dilain waktu.
|
Mataram,
26 juni 2012
Praktikan
Bq. Mala Okviyani
NIM : C1M 010 053
|
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Agrohidrologi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
mata kuliah Agrohidrologi dengan nilai yang baik.
Mengetahui,
Dosen
Prof.
Suwardji, M.App.Sc., Ph.D NIP : 1958043198603 1 004
|
Praktikan
Bq.
Mala Okviyani NIM
: C1M 010 053
|
BAB I
PENDAHULUAN
LOKASI
1. PENGHITUNGAN DEBIT PADA SALURAN IRIGASI
LATAR
BELAKANG
Salah satu komponen teknik budidaya yang memiliki peranan
penting dalam mendukung keberhasilan bercocok tanam adalah pengairan. Sistem
pengairan yang diterapkan bermacam-macam. Secara umum ada dua sistem pengairan
yang digunakan, yaitu sistem pengairan tadah hujan dan sistem pengairan dengan
irigasi. Sistem pengairan tadah hujan merupakan sistem pengairan yang hanya
mengandalkan turunnya hujan yang langsung mengairi sawah atau lahan pertanian.
Sedangkan sistem pengairan irigasi merupakan sistem pengairan yang dapat
dikatakan sebagai sistem yang lebih modern dibandingkan dengan sistem pengairan
tadah hujan.
Ada berbagai macam irigasi yang bisa diterapkan dalam
mengairi lahan. Salah satu jenis irigasi yang banyak diterapkan di masyarakat
adalah irigasi permukaan. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang
menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui
bangunan pengambilan bebas kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi
melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Dalam sistem ini dikenal beberapa
saluran, yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Dalam
penerapan sistem irigasi ini, perlu diketahui saluran-saluran yang termasuk
dalam saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktik lapangan yang
bertujuan untuk menunjukkan atau mengenalkan contoh irigasi permukaan. Dalam
hal ini, sistem irigasi yang dimaksud adalah bendungan. Bagian-bagian atau
alat-alat yang dibutuhkan dalam sistem irigasi ini perlu dikenali, khususnya
oleh orang-orang yang bergelut di bidang pertanian, termasuk mahasiswa
pertanian. Sehingga suatu saat jika fokus kerja yang diambil adalah di bidang
pengairan, dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan.
TEORY
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber
air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.
Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman (Anonim, 2010).
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di
pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan
untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat (Anonim, 2010).
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
mengairi lahan pertanian.
Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang
dekat dengan sungai
atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke
lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa
air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Irigasi adalah usaha
penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa.
Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak
sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).
Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang
mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran
air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber
kehidupan.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan sistem irigasi
permukaan, yaitu bendungan, dan alat-alat yang mendukung dalam menjalankan
fungsi bendungan tersebut.
PERHITUNGAN BESARNYA DEBIT SALURAN IRIGASI
Dari pengamatan
yang dilakukan pada saluran HLD di wilayah Jurang Sate Kec. Mantang Kabupaten
Lombok Tengah didapatkan data sebagai berikut :
·
Panjang saluran (yang diamati) = 100 m
·
Kedalaman (tinggi) = 2 m
·
Lebar atas (a) = 3 m
·
Lebar bawah (b) = 1, 10 m
·
Waktu = 1 menit 44 detik atau = 104 detik (dt)
a. Kecepatan
aliran
Kecepatan aliran =
=
=
0,96 m/dt
b. Debit
air saluran irigasi
Debit air = Luas penampang basah x Kecepatan
Luas penampang basah =
Luas trapesium
Luas Trapesium =
x
a + b x tinggi
=
x
3 + 1,10 x 2
=
=
4,10
Debit air = 4,10 x 0,96
= 3,94
/dt
Pengukuran
debit saluran irigasi baik menggunakan metode secara langsung maupun tidak
langsung seperti yang kita ketahui bahwa untuk pengambilan dan pembagian air
pada setiap irigasi telah dibangun pintu-pintu pengambilan yang dilengkapi
dengan alat-alat ukur dari yang berdimensi besar seperti bangunan yang
dibendung baik yang bertipe besar maupun sederhana. Pengukuran debit ini sangat
diperlukan untuk mengukur saluran irigasi sesuai dengan program dan pola
irigasi diseluruh daerah irigasi sesuai dengan program dan pola irigasi
Definisi:
Debit
: banyak air yang mengalir dalam satuan waktu, dengan demkian pengukuran debit
bertujuan untuk mengetahui secara tepat berapa volume atau banyaknya air yang
mengalir dalam sungai ataupun saluran (baik dalam saluran primer ataupun
sekunder maupun tersier). Pada waktu tertentu dengan dinyatakan pada volume/isi
pada setiap detiknya.
Tujuan
pengukuran debit dilakukan pada tingkat bendungan dan sungai sebagai aliran
yang masuk (inflow) pada jarungan irigasi primer, sekunder dan tersier
dimaksudkan untuk:
1. Mencatat
data debit rata-rata harian yang masuk (inflow) pada pengambilan untuk
digunakan sebagai data jaringan operaasional secara keseluruhan.
2. Untuk
mengecek kembali besarnya debit yang didistribusikan kejaringan berdasarkan
pola tata pembagian air sesuai dengan perencanaan
3. Untuk
mengevaluasi fungsi kerja alat-alat ukur terhadap keakuratan fungsinya yaitu
dengan jalan melakukan usaha kalibrasi pada data pengukuran
4. Untuk
dapat dicapainya suatu tingkat nilai efesiensi pemanfaatan debit yang tersedia.
Kebanyakan
data yang diperoleh dari hasil pengukuran air disaluran/sungai berupaa tinggi
muka air yang dinyatakan dalam cm/m dan kecepatan dalam m/detik. Secara prinsip
besar debit dapat dinyatakan dalam rumus umum seperti debit:
1
m³ = volume (m³)
Waktu (detik)
Luas
penampang basah (m²) ×kecepatan alirannya (m/detik)
LOKASI
II. KEBUTUHAN AIR TANAMAN UNTUK PADI SAWAH
LATAR
BELAKANG
Bercocok tanam padi
menggunakan air melalui proses transparirasi untuk mendinginkan tanaman dan
membawa unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari tanah naik ke atas sampai ke
daun. Proses ini merupakan penggunaan air secara nyata, tumbuhan mengambil air
dan melepaskannya ke atmosfir melalui transpirasi. Air yang dipergunakan dalam
proses ini tidak dapat dipergunakan kembali oleh tumbuhan yang sama dalam
siklus pertumbuhan yang sama. Air yang ditranspirasi tersebut masuk ke siklus
air alam dan pada waktunya kembali ke bumi lagi melalui hujan atau salju.
Untuk bercocok tanam
padi terdapat dua unsur yaitu tanaman padi dan tanah media bercocok tanam.
Disamping transpirasi dari tumbuhan, air yang diatas tanah meninggalkan tempat
bercocok tanam melalui evaporasi. Seperti transpirasi, evaporasi air menghilang
dan tidak dapat digunakan lagi oleh tanaman yang sama dalam masa siklus
pertumbuhannya. Kombinasi dua jenis penggunaan air oleh tanaman padi ini
disebut ”evapotranspirasi”.
Air di sawah biasa
digenangkan dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman
padi. Selain evapotranspirasi seperti tersebut diatas, air dapat mengalir ke
luar sawah melalui perembesan dan penapisan: menuju ke bawah merembes ke dalam
tanah dan menuju kesamping mengalir ke luar sawah. Bagi seorang petani,
perembesan dan penapisan air ini merupakan kehilangan air yang nyata. Ketika
air dipergunakan untuk tanaman padi di sawah petani sebaiknya mempertimbangkan
jumlah air yang terpakai untuk evapotranspirasi, perembesan dan penapisan.
Petani memerlukan air irigasi yang cukup, untuk menggantikan air hujan jika
curah hujan tidak cukup. Pada hamparan sawah yang lebih luas, perembesan dan
penapisan air dari permukaan sawah masuk ke air tanah atau air selokan maupun
anak sungai. Dengan air tersebut petani lain bisa menggunakannya lagi untuk
mengaliri sawah yang lain. Sedangkan air untuk evapotranspirasi tidak dapat
dipergunakan kembali.
TEORY
Air
dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya tanaman padi
atau persawahan. Seringkali terdengar berita mengenai konflik air antar petani
atau bahkan antara petani dengan pengguna air lainnya, seperti perusahaan air
minum, petani kolam atau perikanan, dan sebagainya (Anonim,2010).
Dalam
pemberian air khususnya untuk budidaya tanaman padi sesuai dengan dominasi
peruntukan di jaringan irigasi. Suatu jaringan yang besar dan panjang juga
mempunyai perhatian yang cermat. Terlebih jika jaringan irigasi dibuat
memanjang sehingga daerah yang paling ujung atau hilir dimungkinkan mendapat
air yang lebih sedikit. Disamping itu juga secara kualitas sangat dimungkinkan
telah tercemar dengan pestisida atau bahan kimia lain yang berasal dari lahan
di atasnya (Notohadiprawiro et al., 1983).
Dalam
tahap pemberian air tersebut mempertimbangkan faktor musim dan pola tanam.
Pemberian air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah berfungsi untuk mempermudah
pengolahan tanah hingga mempunyai ujud lumpur. Ujud lumpur ini digunakan
sebagai media tanam dan pertumbuhan yang sesuai dengan tanaman padi. Kebutuhan
air juga disesuaikan dengan karakteristik tanah, karena setiap tanah mempunyai
sifat dan kemampuan dalam menahan air berbeda (Notohadiprawiro et al., 2007).
Pada
tanah yang berat atau tanah yang didominasi fraksi lempung dibutuhkan air
dengan perkiraan sebanyak 150 mm/hari, sedangkan untuk tanah ringan atau tanah
yang mempunyai kandungan fraksi cukup tinggi diperkirakan membutuhkan air
sebanyak 200 mm/hari (Anonim, 1994).
TUJUAN
:
Tujuan
penelitian ini adalah untuk, mengetahui angka kebutuhan air tanaman padi dan
efisiensi irigasi pada musim kemarau
PEGAMATAN LAPANGAN PENGOLAHAN TANAH
DAN KEBUTUHAN AIR DAN USAHA TANI
Dari
hasil pengamatan yang kami dapatkan yang bertempat atau berlokasi di daerah
Lombok timur, di areal persawahan tersebut adanya lapisan tanah yang berbentuk
pasir dengan lapisan sedalam 20cm dan
luas 10 ha ,terbentuk karna adanya endapan unsur hara fe sehingga akar
tanaman tidak dapat untuk menembus tanah tapi jika sawah pasiran ini diberikan
beberapa pupuk seperti pupuk kandang maka akan mengurangi atau dapat
menggemburkan lapisan tanah. Selain itu juga dapat menghemat biaya dalam
produksi pertanian dan jika dalam areal persawahan terdapat adanya tanah sawah
yang memiliki tekstur tanah yang gembur maka kemampuan tanah dalam menyerap
mineral dan nutrisi serta unsur hara yang dibutuhkan menjadi mudah , sehingga
air yang dialirkan ke sawah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
tanaman dapat juga meningkatkan nilai mutu produksi tanaman. Dengan adanya
perubahan struktur tanah ini dapat mengurangi terjadinya run off dan perkolasi
dan dari pengamatan petani setempat menginformasikan bahwa mereka dapat menghasilkan kurang lebih 1,6 ton dengan luas
area 10 ha tanpa mengunakan input kimia dan dapat menghemat biaya sebesar 50%.
Perhitungan kebutuhan
air pada lahan sawah
3,5
2,5
|
1,10
L = ( 3,5 + 1,10 ) × 2,5
2
= 4,6 × 2,5
2
= 2,3 × 2,5
= 5,75 m2
LOKASI
III. PENGELOLAAN AIR DI LAHAN KERING DARI AIR TANAH DALAM
LATAR
BELAKANG
Secara umum berdasarkan iklim, lahan kering dapat dibedakan
atas lahan kering beriklim kering dan lahan kering beriklim basah. Lahan kering
beriklim kering dicirikan oleh curah hujan tahunan yang relatif sangat rendah,
yaitu kurang dari 2000 mm/tahun, sedangkan lahan kering beriklim basah
dicirikan oleh curah hujan yang relatif tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun
dengan periode hujan yang relatif panjang. Untuk meningkatkan produktivitas
lahan kering, maka kepastian tentang ketersediaan air dalam hal kuantitas,
kualitas dan kontinyuitas perlu diupayakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi ketersediaan air dan menyusun desain optimalisasi
sumberdaya air mendukung pengembangan lahan kering beriklim kering di Desa
Persiapan Puncak Jeringo, Kec. Suela, Kab. Lombok Timur-NTB dan di Desa Oebola,
Kec. Fatuleu, Kab. Kupang-NTT. Penelitian dilakukan diawali dengan survei
lapangan untuk mengetahui letak dan posisi sumberdaya air permukaan didaerah
penelitian serta pengukuran dan analisis debitnya, diikuti dengan analisis
kontur untuk mengetahui beda tinggi dan tingkat kelerengan didaerah penelitian.
Hasil penelitian yang disajikan pada laporan akhir ini menyajikan hasil
penelitian dikedua lokasi tersebut. Untuk efisiensi dan mengoptimalkan sumberdaya
air yang ada, pengambilan dan distribusi air sebaiknya dilakukan dengan pipa
tertutup dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
TEORY
Dalam
mengembangkan pertanian lahan kering yang berkelanjutan di propinsi NTB ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya (1) perlunya upaya untuk
mengurangi ketergantungan pada non-renewable energi dan sumberdaya kimia, (2)
perlunya mengurangi kontaminasi bahan pencemar akibat samping kegiatan
pertanian pada udara, air dan lahan, (3) mempertahankan habitat untuk kehidupan
fauna yang memadai, dan (4) dapat mempertahankan sumberdaya genetik untuk
tanaman dan hewan yang diperlukan dalam pertanian. Selain itu pertanian harus
mampu mempertahankan produksinya sepanjang waktu dalam menghadapi tekanan
sosial ekonomi tanpa merusak lingkungan
yang berarti (Sinclair, 1987).
Usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan masyarakat tani pada lahan
kering ditentukan oleh tingkat
pengelolaan faktor biofisik, sosio-ekonomi, teknologi dan komoditi yang
dipilih. Pengendalian dan pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut
di atas akan membawa kita pada suatu kesempatan unntuk memperbaiki usahatani
yang ada pada saat ini (Squires dan Tow,
1991).
Sasaran
yang ingin dicapai dalam program peningkatan produksi pertanian lahan kering
kedepan adalah kecukupan pangan dan perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan petani, serta perbaikan lingkungan secara umum. Langkah-langkah kearah itu disusun melalui
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Usaha intensifikasi umumnya
sudah berkembang pada lahan yang cukup baik dengan pemilikan lahan yang sempit
(Anonim.2000).
Usaha ekstensifikasi dan diversifikasi kebanyakan dilakukan poda lahan
yang kurang baik yang cukup luas dengan kesuburan tanah yang relatif renddah.
Keterbatasan modal dan tenaga kerja yang dimiliki petani, menggiring petani
lahan kering pada suatu usahatani campuran sebagai usaha mengurangi resiko
kegagalan dibandingkan dengan usahatani monokultur. Pengusahaan tanaman yang
diusahakan tanpa mempertimbangkan aspek konservasi sumberdaya dalam banyak hal
mengakibatkan bertambah meluasnya areal lahan kritis (Suwardji dan Priyono,
2004).
Kerusakan lahan yang ada di Propinsi NTB banyak terjadi
pada lahan kering dan kondisinya sangat menghawatirkan serta perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasinya
(Suwardji dan Tejowulan, 2003). Memperhatikan kerusakan lingkungan yang terjadi
secara global dan kondisi yang ada di NTB, ada dua faktor penting yang
bertanggung jawab terhadap berbagai masalah kerusakan lingkungan tersebut yaitu
(1) pengembangan industri yang sangat pesat dan (2) kemiskinan. Beberapa ahli
berpendapat bahwa program penyelamatan lingkungan tidak akan pernah tercapai
jika kita tidak mampu mengatasi masalah kemiskinan. Dan ini hanya bisa dicapai
dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan dilakukan
untuk masyarakat miskin (Suwardji, 2004b).
TUJUAN
Tujuan pratikum lahan
kering adalah untuk mengetahui
peningkatan pengelolaan lahan kering dalam rangka meningkatkan serta
mendaya gunakan lahan tersebut agar dapat bermanfaat dan berhasil guna secara
optimal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan sekaligus dapat
melestarikan lingkungan secara berkesinambungan.
Pengalaman Petani Dalam Pengelolaan Air Lahan Kering
Dari hasil pemahaman setelah di berikan
informasi mengenai lahan kering di masyarakat yaitu adanya kegiatan pengelolaan
lahan kering ini di karenakan dimana saat tidak ada pengelolaan ini masyarakat
sangat sulit mendapatkan air .
Selain itu kita diceritakan terdapat
adanya 150 lebih sumur bor yang dibuat
dan 27 yang dirusak. Untuk mendapatkan air irigasi masyarakat setempat
mengeluarkan biaya dengan sebesar Rp.20.000 selama satu jam.hal ini dikarenakan
ketersediaan air yang sangat sukaruntuk didapatkan diareal lahan kering
tersebut.dan langkah selanjutnya masyarakat setempat membangun embung untuk
menampung air irigasi.
Kondisi yang terjadi pada pertanian lahan kering yaitu
susahnya para petani mendapatkan air dalam tanah maupun saluran irigasi, oleh
karena itu perlu beberapa cara yang dilakukan guna kebutuhan syarat pertanian
dapat terpenuhi, yaitu :
1.
Lakukan evaluasi
potensi wilayah, alam.: kondisi fisik dan kesuburun lahan, kondisi agroeko
sistem,dll.;
2.
Identifikasi jenis tanaman dan ternak yang
telah ada dan baru yang cocok dikembangkan di wilayah tersebut dan bagaimana
sistem irigasinya, apakah irigasi sumur bor dengan sistem perpipaan atau
irigasi tetes (drip irrigation) atau hanya mengandalkan tadah hujan;3.
3.
Adakah tersedia sarana produksi dan teknologi,
seperti benih, pupuk, pakan, pestisida, alat dan mesin (alsintan), obat-obatan
yang dibutuhkan jika mengusahakan tanaman dan ternak pada buutir 2. JIia
tersedia apakah terjangkau oleh petani setempat ?
4.
Bagaimana dengan pasca panennya. Apakah
teknologinya dikuasai atau belum. Jika belum perlu dicari tahu teknologi pasca
panennya;5.
5.
Apakah mungkin kelak produksinya diolah
menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Jika mungkin bagaimana dengan
penguasaan teknologinya. Jika belum dikuasai perlu dicari tahu tentang
teknologi pengolahannya;
6.
Kemana kelak
produksinya dipasarkan, apakah pasar lokal, antar pulau, atau ekspor;
7.
Masih adakah
peluang pasar dan jika ada siapa target pasarnya (masyarakat umum, wisatawan)
atau kelas bawah, menengah atau kelas atas.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari pratikum lapangan agrohidrologi ini adalah :
Lokasi 1
Pada lokasi pertama didapat perhitungan debit
saluran air irigasi sebesar 4,10 m3/detik
Saluran irigasi sangat diperlukan sebagai jalur
aliram air untuk mencapai pada petakan sawah yang ada di desa-desa.
Debit
saluran dapat diketahui dengan mencari nilai luas penampang basah dan kecepatan
aliran. Kemudian debit dicari dengan Q = A. v
Laju aliran air yang banyak membuat saluran irigasi
tidak dapat menampung kapasitas air, khususnya pada musim penghujan.
Lokasi
2
Pada lokasi kedua didapat perhitungan kebutuhan air
pada lahan sawah 5,75 m2.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembagian
air dapat dibagi mejadi system penggolongan dan system giliran. Pembagian air
diadakan pada pola tanam dan tahap pertumbuhantanaman atau
stadiapertumbuhantanaman. Pemenuha n
kebutuhan air harus mempertimbangkan juga jenis tanah terutama antara
tanah yang berlempung dengan yang lain karena mempunyai karena mempunyai
kapasitas menahan atau menyimpan air yang berbeda
Lokasi
3
Lokasi ketiga pada pengembangan lahan kering didesa
pringgabaya lombok timur, dimana terdapat lahan kering sangat luas.
Masalah ketersediaan air menjadi kendala utama dalam
pertanian, sehingga pengguanaan air dalam menggunakan diesel menjadi
satu-satunya alternatif yang ada sebagai sumber air.
Penyedotan menggunakan diesel tidak efektif dalam
sisi ekonomi dan perluasan lahan pertanian.
Daftar pustaka
Asdak. 1998.Hidrologi dan Pengaturan
DAS.UGM Press. YogyakartaKartosapoetro, Sutedjo. 1997.
. Suwardji. 2004b. Menuju kedaulatan pangan untuk petani
miskin di lahan kering melalui LEISA (Low External Input Sustainable
Agriculture): Position Paper yang disampaikan pada pertemuan
VECO-Indonesia dan Partner se Indonesia di Sindu Beach, Sanur Bali. 19-22
Agustus 2004.
Sinclair,
L. 1987. Agriculture must be ecologically sustaiable to feed the earth, says
New World Resource Institute,. Ambio 16 (5) : 278-279.
Squires, V. Dan P. Tow. 1991. Dryland Farming: A system
Approach. Sydney University Press.