Rabu, 02 Januari 2013

laporan praktikum agrohidrologi


LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
MATA KULIAH AGROHIDROLOGI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR


Oleh:
BAIQ. MALA OKVIYANI
C1M 010 053


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM
       2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada  Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga laporan praktikum ini terselesaikan  dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum kami dilain waktu.


Mataram, 26 juni 2012

Praktikan

Bq. Mala Okviyani                        
 NIM : C1M 010 053




HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Agrohidrologi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan mata kuliah Agrohidrologi dengan nilai yang baik.







Mengetahui,


Dosen


Prof. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D  NIP : 1958043198603 1 004
Praktikan


Bq. Mala Okviyani                                 NIM : C1M 010 053


BAB I
PENDAHULUAN
LOKASI 1. PENGHITUNGAN DEBIT PADA SALURAN IRIGASI
LATAR BELAKANG
Salah satu komponen teknik budidaya yang memiliki peranan penting dalam mendukung keberhasilan bercocok tanam adalah pengairan. Sistem pengairan yang diterapkan bermacam-macam. Secara umum ada dua sistem pengairan yang digunakan, yaitu sistem pengairan tadah hujan dan sistem pengairan dengan irigasi. Sistem pengairan tadah hujan merupakan sistem pengairan yang hanya mengandalkan turunnya hujan yang langsung mengairi sawah atau lahan pertanian. Sedangkan sistem pengairan irigasi merupakan sistem pengairan yang dapat dikatakan sebagai sistem yang lebih modern dibandingkan dengan sistem pengairan tadah hujan.
Ada berbagai macam irigasi yang bisa diterapkan dalam mengairi lahan. Salah satu jenis irigasi yang banyak diterapkan di masyarakat adalah irigasi permukaan. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Dalam sistem ini dikenal beberapa saluran, yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Dalam penerapan sistem irigasi ini, perlu diketahui saluran-saluran yang termasuk dalam saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktik lapangan yang bertujuan untuk menunjukkan atau mengenalkan contoh irigasi permukaan. Dalam hal ini, sistem irigasi yang dimaksud adalah bendungan. Bagian-bagian atau alat-alat yang dibutuhkan dalam sistem irigasi ini perlu dikenali, khususnya oleh orang-orang yang bergelut di bidang pertanian, termasuk mahasiswa pertanian. Sehingga suatu saat jika fokus kerja yang diambil adalah di bidang pengairan, dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan.
TEORY
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.  Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.  Pemberian air irigasi yang efisien selain  dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh  kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman  (Anonim, 2010).
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat (Anonim, 2010).
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai  pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).  Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air.  Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan sistem irigasi permukaan, yaitu bendungan, dan alat-alat yang mendukung dalam menjalankan fungsi bendungan tersebut.

PERHITUNGAN BESARNYA DEBIT SALURAN IRIGASI
Dari pengamatan yang dilakukan pada saluran HLD di wilayah Jurang Sate Kec. Mantang Kabupaten Lombok Tengah didapatkan data sebagai berikut :
·         Panjang saluran (yang diamati)     = 100 m
·         Kedalaman (tinggi)                       = 2 m
·         Lebar atas (a)                                = 3 m
·         Lebar bawah (b)                            = 1, 10 m
·         Waktu = 1 menit 44 detik atau     = 104 detik (dt)
a.       Kecepatan aliran
Kecepatan aliran   =
=  = 0,96 m/dt



b.      Debit air saluran irigasi
Debit air    = Luas penampang basah x Kecepatan
Luas penampang basah = Luas trapesium
Luas Trapesium     =  x a + b x tinggi
                              =  x 3 + 1,10 x 2
                              =  = 4,10
Debit air                =  4,10 x 0,96 = 3,94 /dt
Pengukuran debit saluran irigasi baik menggunakan metode secara langsung maupun tidak langsung seperti yang kita ketahui bahwa untuk pengambilan dan pembagian air pada setiap irigasi telah dibangun pintu-pintu pengambilan yang dilengkapi dengan alat-alat ukur dari yang berdimensi besar seperti bangunan yang dibendung baik yang bertipe besar maupun sederhana. Pengukuran debit ini sangat diperlukan untuk mengukur saluran irigasi sesuai dengan program dan pola irigasi diseluruh daerah irigasi sesuai dengan program dan pola irigasi
Definisi:
Debit : banyak air yang mengalir dalam satuan waktu, dengan demkian pengukuran debit bertujuan untuk mengetahui secara tepat berapa volume atau banyaknya air yang mengalir dalam sungai ataupun saluran (baik dalam saluran primer ataupun sekunder maupun tersier). Pada waktu tertentu dengan dinyatakan pada volume/isi pada setiap detiknya.
Tujuan pengukuran debit dilakukan pada tingkat bendungan dan sungai sebagai aliran yang masuk (inflow) pada jarungan irigasi primer, sekunder dan tersier dimaksudkan untuk:
1.      Mencatat data debit rata-rata harian yang masuk (inflow) pada pengambilan untuk digunakan sebagai data jaringan operaasional secara keseluruhan.
2.      Untuk mengecek kembali besarnya debit yang didistribusikan kejaringan berdasarkan pola tata pembagian air sesuai dengan perencanaan
3.      Untuk mengevaluasi fungsi kerja alat-alat ukur terhadap keakuratan fungsinya yaitu dengan jalan melakukan usaha kalibrasi pada data pengukuran
4.      Untuk dapat dicapainya suatu tingkat nilai efesiensi pemanfaatan debit yang tersedia.
Kebanyakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran air disaluran/sungai berupaa tinggi muka air yang dinyatakan dalam cm/m dan kecepatan dalam m/detik. Secara prinsip besar debit dapat dinyatakan dalam rumus umum seperti debit:
1 m³ = volume (m³)
            Waktu (detik)
Luas penampang basah (m²) ×kecepatan alirannya (m/detik)

LOKASI II. KEBUTUHAN AIR TANAMAN UNTUK PADI SAWAH
LATAR BELAKANG
Bercocok tanam padi menggunakan air melalui proses transparirasi untuk mendinginkan tanaman dan membawa unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari tanah naik ke atas sampai ke daun. Proses ini merupakan penggunaan air secara nyata, tumbuhan mengambil air dan melepaskannya ke atmosfir melalui transpirasi. Air yang dipergunakan dalam proses ini tidak dapat dipergunakan kembali oleh tumbuhan yang sama dalam siklus pertumbuhan yang sama. Air yang ditranspirasi tersebut masuk ke siklus air alam dan pada waktunya kembali ke bumi lagi melalui hujan atau salju.
Untuk bercocok tanam padi terdapat dua unsur yaitu tanaman padi dan tanah media bercocok tanam. Disamping transpirasi dari tumbuhan, air yang diatas tanah meninggalkan tempat bercocok tanam melalui evaporasi. Seperti transpirasi, evaporasi air menghilang dan tidak dapat digunakan lagi oleh tanaman yang sama dalam masa siklus pertumbuhannya. Kombinasi dua jenis penggunaan air oleh tanaman padi ini disebut ”evapotranspirasi”.
Air di sawah biasa digenangkan dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman padi. Selain evapotranspirasi seperti tersebut diatas, air dapat mengalir ke luar sawah melalui perembesan dan penapisan: menuju ke bawah merembes ke dalam tanah dan menuju kesamping mengalir ke luar sawah. Bagi seorang petani, perembesan dan penapisan air ini merupakan kehilangan air yang nyata. Ketika air dipergunakan untuk tanaman padi di sawah petani sebaiknya mempertimbangkan jumlah air yang terpakai untuk evapotranspirasi, perembesan dan penapisan. Petani memerlukan air irigasi yang cukup, untuk menggantikan air hujan jika curah hujan tidak cukup. Pada hamparan sawah yang lebih luas, perembesan dan penapisan air dari permukaan sawah masuk ke air tanah atau air selokan maupun anak sungai. Dengan air tersebut petani lain bisa menggunakannya lagi untuk mengaliri sawah yang lain. Sedangkan air untuk evapotranspirasi tidak dapat dipergunakan kembali.

TEORY
            Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya tanaman padi atau persawahan. Seringkali terdengar berita mengenai konflik air antar petani atau bahkan antara petani dengan pengguna air lainnya, seperti perusahaan air minum, petani kolam atau perikanan, dan sebagainya (Anonim,2010).
            Dalam pemberian air khususnya untuk budidaya tanaman padi sesuai dengan dominasi peruntukan di jaringan irigasi. Suatu jaringan yang besar dan panjang juga mempunyai perhatian yang cermat. Terlebih jika jaringan irigasi dibuat memanjang sehingga daerah yang paling ujung atau hilir dimungkinkan mendapat air yang lebih sedikit. Disamping itu juga secara kualitas sangat dimungkinkan telah tercemar dengan pestisida atau bahan kimia lain yang berasal dari lahan di atasnya (Notohadiprawiro et al., 1983).
            Dalam tahap pemberian air tersebut mempertimbangkan faktor musim dan pola tanam. Pemberian air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah berfungsi untuk mempermudah pengolahan tanah hingga mempunyai ujud lumpur. Ujud lumpur ini digunakan sebagai media tanam dan pertumbuhan yang sesuai dengan tanaman padi. Kebutuhan air juga disesuaikan dengan karakteristik tanah, karena setiap tanah mempunyai sifat dan kemampuan dalam menahan air berbeda (Notohadiprawiro et al., 2007).
            Pada tanah yang berat atau tanah yang didominasi fraksi lempung dibutuhkan air dengan perkiraan sebanyak 150 mm/hari, sedangkan untuk tanah ringan atau tanah yang mempunyai kandungan fraksi cukup tinggi diperkirakan membutuhkan air sebanyak 200 mm/hari (Anonim, 1994).
           
TUJUAN :
Tujuan penelitian ini adalah untuk, mengetahui angka kebutuhan air tanaman padi dan efisiensi irigasi pada musim kemarau

PEGAMATAN LAPANGAN PENGOLAHAN TANAH DAN KEBUTUHAN AIR DAN USAHA TANI
Dari hasil pengamatan yang kami dapatkan yang bertempat atau berlokasi di daerah Lombok timur, di areal persawahan tersebut adanya lapisan tanah yang berbentuk pasir dengan lapisan sedalam 20cm dan  luas 10 ha ,terbentuk karna adanya endapan unsur hara fe sehingga akar tanaman tidak dapat untuk menembus tanah tapi jika sawah pasiran ini diberikan beberapa pupuk seperti pupuk kandang maka akan mengurangi atau dapat menggemburkan lapisan tanah. Selain itu juga dapat menghemat biaya dalam produksi pertanian dan jika dalam areal persawahan terdapat adanya tanah sawah yang memiliki tekstur tanah yang gembur maka kemampuan tanah dalam menyerap mineral dan nutrisi serta unsur hara yang dibutuhkan menjadi mudah , sehingga air yang dialirkan ke sawah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman dapat juga meningkatkan nilai mutu produksi tanaman. Dengan adanya perubahan struktur tanah ini dapat mengurangi terjadinya run off dan perkolasi dan dari pengamatan petani setempat menginformasikan bahwa mereka dapat  menghasilkan kurang lebih 1,6 ton dengan luas area 10 ha tanpa mengunakan input kimia dan dapat menghemat biaya sebesar 50%.
Perhitungan kebutuhan air pada lahan sawah

3,5
                   2,5
 




1,10

L = ( 3,5 + 1,10 ) × 2,5
                2
    = 4,6 × 2,5
         2
   = 2,3 × 2,5
   = 5,75 m2                      

LOKASI III. PENGELOLAAN AIR DI LAHAN KERING DARI AIR TANAH DALAM
LATAR BELAKANG
Secara umum berdasarkan iklim, lahan kering dapat dibedakan atas lahan kering beriklim kering dan lahan kering beriklim basah. Lahan kering beriklim kering dicirikan oleh curah hujan tahunan yang relatif sangat rendah, yaitu kurang dari 2000 mm/tahun, sedangkan lahan kering beriklim basah dicirikan oleh curah hujan yang relatif tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun dengan periode hujan yang relatif panjang. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, maka kepastian tentang ketersediaan air dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinyuitas perlu diupayakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ketersediaan air dan menyusun desain optimalisasi sumberdaya air mendukung pengembangan lahan kering beriklim kering di Desa Persiapan Puncak Jeringo, Kec. Suela, Kab. Lombok Timur-NTB dan di Desa Oebola, Kec. Fatuleu, Kab. Kupang-NTT. Penelitian dilakukan diawali dengan survei lapangan untuk mengetahui letak dan posisi sumberdaya air permukaan didaerah penelitian serta pengukuran dan analisis debitnya, diikuti dengan analisis kontur untuk mengetahui beda tinggi dan tingkat kelerengan didaerah penelitian. Hasil penelitian yang disajikan pada laporan akhir ini menyajikan hasil penelitian dikedua lokasi tersebut. Untuk efisiensi dan mengoptimalkan sumberdaya air yang ada, pengambilan dan distribusi air sebaiknya dilakukan dengan pipa tertutup dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
TEORY
Dalam mengembangkan pertanian lahan kering yang berkelanjutan di propinsi NTB ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya (1) perlunya upaya untuk mengurangi ketergantungan pada non-renewable energi dan sumberdaya kimia, (2) perlunya mengurangi kontaminasi bahan pencemar akibat samping kegiatan pertanian pada udara, air dan lahan, (3) mempertahankan habitat untuk kehidupan fauna yang memadai, dan (4) dapat mempertahankan sumberdaya genetik untuk tanaman dan hewan yang diperlukan dalam pertanian. Selain itu pertanian harus mampu mempertahankan produksinya sepanjang waktu dalam menghadapi tekanan sosial ekonomi  tanpa merusak lingkungan yang berarti (Sinclair, 1987).
Usaha untuk meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan masyarakat tani pada lahan kering  ditentukan oleh tingkat pengelolaan faktor biofisik, sosio-ekonomi, teknologi dan komoditi yang dipilih. Pengendalian dan pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut di atas akan membawa kita pada suatu kesempatan unntuk memperbaiki usahatani yang ada pada saat ini  (Squires dan Tow, 1991).
Sasaran yang ingin dicapai dalam program peningkatan produksi pertanian lahan kering kedepan adalah kecukupan pangan dan perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani, serta perbaikan lingkungan secara umum. Langkah-langkah kearah itu disusun melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Usaha intensifikasi umumnya sudah berkembang pada lahan yang cukup baik dengan pemilikan lahan yang sempit (Anonim.2000).
Usaha ekstensifikasi dan diversifikasi kebanyakan dilakukan poda lahan yang kurang baik yang cukup luas dengan kesuburan tanah yang relatif renddah. Keterbatasan modal dan tenaga kerja yang dimiliki petani, menggiring petani lahan kering pada suatu usahatani campuran sebagai usaha mengurangi resiko kegagalan dibandingkan dengan usahatani monokultur. Pengusahaan tanaman yang diusahakan tanpa mempertimbangkan aspek konservasi sumberdaya dalam banyak hal mengakibatkan bertambah meluasnya areal lahan kritis (Suwardji dan Priyono, 2004).
  Kerusakan lahan yang ada di Propinsi NTB banyak terjadi pada lahan kering dan kondisinya sangat menghawatirkan serta perlu  upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasinya (Suwardji dan Tejowulan, 2003). Memperhatikan kerusakan lingkungan yang terjadi secara global dan kondisi yang ada di NTB, ada dua faktor penting yang bertanggung jawab terhadap berbagai masalah kerusakan lingkungan tersebut yaitu (1) pengembangan industri yang sangat pesat dan (2) kemiskinan. Beberapa ahli berpendapat bahwa program penyelamatan lingkungan tidak akan pernah tercapai jika kita tidak mampu mengatasi masalah kemiskinan. Dan ini hanya bisa dicapai dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan dilakukan untuk masyarakat miskin (Suwardji, 2004b).

TUJUAN
Tujuan pratikum lahan kering adalah untuk mengetahui  peningkatan pengelolaan lahan kering dalam rangka meningkatkan serta mendaya gunakan lahan tersebut agar dapat bermanfaat dan berhasil guna secara optimal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan sekaligus dapat melestarikan lingkungan secara berkesinambungan.
Pengalaman Petani Dalam Pengelolaan Air Lahan Kering
Dari hasil pemahaman setelah di berikan informasi mengenai lahan kering di masyarakat yaitu adanya kegiatan pengelolaan lahan kering ini di karenakan dimana saat tidak ada pengelolaan ini masyarakat sangat sulit mendapatkan air .
Selain itu kita diceritakan terdapat adanya 150 lebih  sumur bor yang dibuat dan 27 yang dirusak. Untuk mendapatkan air irigasi masyarakat setempat mengeluarkan biaya dengan sebesar Rp.20.000 selama satu jam.hal ini dikarenakan ketersediaan air yang sangat sukaruntuk didapatkan diareal lahan kering tersebut.dan langkah selanjutnya masyarakat setempat membangun embung untuk menampung air irigasi.
Kondisi yang terjadi pada pertanian lahan kering yaitu susahnya para petani mendapatkan air dalam tanah maupun saluran irigasi, oleh karena itu perlu beberapa cara yang dilakukan guna kebutuhan syarat pertanian dapat terpenuhi, yaitu :
1.      Lakukan evaluasi potensi wilayah, alam.: kondisi fisik dan kesuburun lahan, kondisi agroeko sistem,dll.;
2.       Identifikasi jenis tanaman dan ternak yang telah ada dan baru yang cocok dikembangkan di wilayah tersebut dan bagaimana sistem irigasinya, apakah irigasi sumur bor dengan sistem perpipaan atau irigasi tetes (drip irrigation) atau hanya mengandalkan tadah hujan;3.
3.       Adakah tersedia sarana produksi dan teknologi, seperti benih, pupuk, pakan, pestisida, alat dan mesin (alsintan), obat-obatan yang dibutuhkan jika mengusahakan tanaman dan ternak pada buutir 2. JIia tersedia apakah terjangkau oleh petani setempat ?
4.       Bagaimana dengan pasca panennya. Apakah teknologinya dikuasai atau belum. Jika belum perlu dicari tahu teknologi pasca panennya;5.
5.       Apakah mungkin kelak produksinya diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Jika mungkin bagaimana dengan penguasaan teknologinya. Jika belum dikuasai perlu dicari tahu tentang teknologi pengolahannya;
6.      Kemana kelak produksinya dipasarkan, apakah pasar lokal, antar pulau, atau ekspor;
7.      Masih adakah peluang pasar dan jika ada siapa target pasarnya (masyarakat umum, wisatawan) atau kelas bawah, menengah atau kelas atas.










KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pratikum lapangan agrohidrologi ini adalah :
Lokasi 1
Pada lokasi pertama didapat perhitungan debit saluran air irigasi sebesar 4,10 m3/detik
Saluran irigasi sangat diperlukan sebagai jalur aliram air untuk mencapai pada petakan sawah yang ada di desa-desa.
Debit saluran dapat diketahui dengan mencari nilai luas penampang basah dan kecepatan aliran. Kemudian debit dicari dengan Q = A. v
Laju aliran air yang banyak membuat saluran irigasi tidak dapat menampung kapasitas air, khususnya pada musim penghujan.
Lokasi 2
Pada lokasi kedua didapat perhitungan kebutuhan air pada lahan sawah 5,75 m2.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembagian air dapat dibagi mejadi system penggolongan dan system giliran. Pembagian air diadakan pada pola tanam dan tahap pertumbuhantanaman atau stadiapertumbuhantanaman. Pemenuha n  kebutuhan air harus mempertimbangkan juga jenis tanah terutama antara tanah yang berlempung dengan yang lain karena mempunyai karena mempunyai kapasitas menahan atau menyimpan air yang berbeda
Lokasi 3
Lokasi ketiga pada pengembangan lahan kering didesa pringgabaya lombok timur, dimana terdapat lahan kering sangat luas.
Masalah ketersediaan air menjadi kendala utama dalam pertanian, sehingga pengguanaan air dalam menggunakan diesel menjadi satu-satunya alternatif yang ada sebagai sumber air.
Penyedotan menggunakan diesel tidak efektif dalam sisi ekonomi dan perluasan lahan pertanian.
Daftar pustaka
Asdak. 1998.Hidrologi dan Pengaturan DAS.UGM Press. YogyakartaKartosapoetro, Sutedjo. 1997.
. Suwardji. 2004b. Menuju kedaulatan pangan untuk petani miskin di lahan kering melalui LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture): Position Paper yang disampaikan pada pertemuan VECO-Indonesia dan Partner se Indonesia di Sindu Beach, Sanur Bali. 19-22 Agustus 2004.
Sinclair, L. 1987. Agriculture must be ecologically sustaiable to feed the earth, says New World Resource Institute,. Ambio 16 (5) : 278-279.
Squires, V. Dan P. Tow. 1991. Dryland Farming: A system Approach. Sydney University Press.